Mengapa Mobil Listrik Belum Diterima dengan Baik di Indonesia?

Mobil Listrik

Meskipun kendaraan listrik (EV) semakin populer di dunia, pasar Indonesia masih terasa ragu-ragu dalam mengadopsinya. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi, mulai dari harga yang lebih tinggi, kurangnya infrastruktur pengisian daya, hingga ketidakpastian mengenai daya tahan dan biaya perawatan kendaraan listrik.

Alhasil, meskipun banyak produsen kendaraan listrik mulai menawarkan mobil listrik murni, hybrid, hingga Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), pertumbuhannya terbilang lambat jika dibandingkan dengan negara lain.

Namun, berbeda dengan Indonesia, pasar kendaraan listrik di beberapa negara sudah menunjukkan angka penjualan yang luar biasa, salah satunya adalah China.

Pasar Kendaraan Listrik Bekas di China Meledak!

Di China, kendaraan listrik bekas atau NEV (New Energy Vehicle) justru mengalami lonjakan penjualan yang signifikan. Dilaporkan oleh Car News China, pada periode Januari hingga September 2024, penjualan kendaraan listrik bekas tercatat mencapai 789.800 unit, sebuah kenaikan fantastis sebanyak 54 persen dibandingkan tahun lalu.

Angka ini menunjukkan bahwa masyarakat China sudah semakin percaya dan tertarik dengan kendaraan listrik, bahkan yang bekas.

Dengan laju pertumbuhan yang pesat, para analis memprediksi bahwa total penjualan kendaraan listrik bekas di China pada akhir tahun 2024 bisa melampaui 1 juta unit, pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam industri otomotif negara tersebut.

Berdasarkan data kuartal ketiga 2024 dari Tiantian Paiche, platform perdagangan mobil bekas online terbesar di China, sekitar 68,2 persen dari kendaraan listrik bekas yang dijual berusia 3 tahun atau lebih muda, dengan rata-rata usia transaksi mencapai 3,8 tahun. Artinya, kendaraan listrik bekas di China masih tergolong baru dan dianggap layak pakai oleh konsumen.

Harga Jual EV Bekas yang Menarik

Menariknya, harga jual kendaraan listrik bekas di China masih terbilang tinggi. Harga rata-rata untuk NEV bekas mencapai 78.200 yuan (sekitar Rp170,4 juta), lebih mahal dibandingkan dengan harga rata-rata mobil bekas berbahan bakar bensin yang hanya sekitar 54.300 yuan (sekitar Rp188 juta). Meskipun harga mobil listrik bekas lebih tinggi, banyak konsumen yang tetap memilihnya, karena dianggap lebih efisien dan ramah lingkungan.

Secara keseluruhan, pasar mobil bekas di China diperkirakan akan mencapai 20 juta unit pada 2024. Pada bulan September, 14,2 juta unit mobil bekas telah terjual, meningkat 5,37 persen dibandingkan tahun lalu. Bahkan ekspor mobil bekas China menunjukkan peningkatan tajam. Pada periode Januari hingga Juni 2024, Provinsi Zhejiang memimpin ekspor dengan mencatatkan angka 38.286 unit, sebuah lonjakan luar biasa sebanyak 161,5 persen.

Apa yang Bisa Indonesia Pelajari dari China?

Melihat kesuksesan China dalam mengembangkan pasar kendaraan listrik bekas, Indonesia bisa belajar banyak dari negara tersebut, mulai dari membangun infrastruktur yang lebih baik hingga memberikan insentif kepada konsumen yang ingin beralih ke kendaraan listrik.

Jika pasar mobil listrik bekas bisa berkembang pesat, bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa merasakan manfaat dari tren ini dalam beberapa tahun mendatang.

Exit mobile version