Menelisik Cikal Bakal Musik Metal (Underground) di Indonesia, Dekade 80 – 90an

Sucker Head di Pid Pub

Musik metal (underground) di Indonesia memiliki sejarah panjang yang dimulai dari pengaruh musik dunia, terutama glam rock dan heavy metal. Pada dekade 80-an, genre glam rock atau hair metal menjadi tren di kalangan anak muda Indonesia. Pengaruh band internasional seperti Quiet Riot, Motley Crue, dan Guns N’ Roses menciptakan euforia baru, yang melahirkan band-band lokal seperti Jet Liar, Roxx, dan Grass Rock. Meskipun begitu, akhir dekade ini mulai menyaksikan kebangkitan genre metal yang lebih ekstrem seperti thrash metal, grindcore, dan death metal.

Sekedar informasi, musik underground adalah istilah untuk berbagai genre musik yang tidak populer dan jarang diminati masyarakat seperti metal, hardcore, punk, sebagian genre music rock dan lainnya. Biasanya band-band yang mengusung genre musik ini bergerak secara independen (indie) dan tidak memiliki atau terikat kontrak dengan label rekaman mainstream.

Sebenarnya istilah Underground sendiri diambil dari sebuah artikel di majalah gaya hidup populer waktu itu “Aktuil” (dari Bandung) terbitan 1971. Kala itu, Aktuil memberitakan bahwa ada sebuah kompetisi antar band yang diselenggarakan di-Surabaya. Nama event itu adalah “Underground musik Festival” dan diikuti oleh band-band seperti Godbless, Gang Pegangsaan, Gypsy dari Jakarta, Giant Step, Super Kid dari Bandung, AKA/SAS (Surabaya), Terncem (Solo), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten.

Penggunaan istilah underground pada event itu hanya untuk menjelaskan bahwa mereka inilah pioner-pioner awal generasi rocker di Indonesia. Karena konteks underground pada masa itu belum seperti pemahaman hari ini. Majalah Aktuil hanya sekedar menuliskan sebuah kata “Underground” tapi pengertiannya jelas berbeda dengan konteks underground yang dipahami hari ini. Di Indonesia pergerakan musik underground era tahun 70-an belum ada, bahkan bentuknya-pun belum jelas.

Era 80-an: Awal Perjalanan Musik Metal (Underground)

Di Indonesia, salah satu pencapaian besar dalam dekade ini adalah Festival Rock Indonesia yang dipelopori oleh Log Zhelebour pada 1984. Festival ini menjadi ajang lahirnya band-band rock dan metal seperti Roxx, Jet Liar (Jakarta), El Pamas, Grass Rock (Malang), Adi Metal Rock (Solo), Power Metal, Andromeda, Red Spider, Kamikaze, Kaisar (Surabaya), Jamrock (sekarang Jamrud) hingga Val Halla (Medan). Kemudian band tersebut menjadi ikon dalam dunia rock dan metal tanah air.

Roxx

Selain itu, Log Zhelebour juga mendirikan label rekaman Logiss Records, yang berhasil memproduksi album “Semut Hitam” dari Godbless pada 1988 dan terjual 400.000 keping. Label ini jugalah yang banyak memproduksi band rock dan metal hingga saat ini.

Namun, pada era ini, perkembangan scene underground masih terbatas. Album-album indie hampir tidak ada, dan venue musik umumnya berupa festival besar. Komunitas musik seperti Indonesia Rockers Club (IRC) mulai muncul di akhir dekade 80an, menandai transisi menuju pergerakan underground yang lebih nyata di era berikutnya dari tahun 90an sampai saat ini.

Era 90-an: Lahirnya Identitas Underground

Menjelang akhir 80-an, dominasi glam rock dan glam metal memudar, digantikan oleh sub genre metal yang lebih keras seperti thrash metal, death metal, black metal, grindcore, dan hardcore. Pada 1989, acara Mustang Rock ’N Rhythm di Jakarta menjadi tonggak penting, menampilkan band seperti Roxx, Suckerhead, dan Brawijaya. Band seperti PAS Band dari Bandung juga mencatat sejarah sebagai band pertama yang merilis album indie, “Four Through The S.A.P”, yang terjual lebih dari 5.000 keping.

Rotor

Komunitas metal mulai berkembang pesat di awal 90-an, terutama di Jakarta. Tempat seperti Pid Pub dan Apotik Ratna menjadi pusat aktivitas metalhead. Band seperti Rotor, Suckerhead, dan Tengkorak lahir dari komunitas ini. Konser internasional seperti Sepultura (1992) dan Metallica (1993) turut menginspirasi band lokal untuk semakin serius berkarya.

Pencapaian Penting Komunitas Metal

Salah satu pencapaian besar komunitas metal adalah perilisan album “It’s A Proud to Vomit Him” oleh Tengkorak pada 1996. Album ini dirilis secara independen tanpa bantuan label besar, namun berhasil menembus pasar internasional dan terjual lebih dari 5.000 kopi. Prestasi ini menginspirasi banyak band underground untuk tetap berjuang tanpa tergantung pada industri musik mainstream.

Kesimpulan

Periode 80-an dan 90-an adalah masa transformasi penting bagi musik metal (underground) di Indonesia. Dari pengaruh glam rock hingga lahirnya komunitas metal underground yang kokoh, dari dekade 80 – 90 an ini membangun fondasi bagi perkembangan scene metal tanah air. Semangat independensi yang ditunjukkan oleh band seperti Tengkorak menjadi simbol perjuangan komunitas metal untuk terus eksis dan berkembang sampai saat ini.

Exit mobile version