Cannibal Corpse, salah satu band death metal paling legendaris dan kontroversial, lahir di Buffalo, New York, pada tahun 1988.
Awal Pembentukan dan Formasi Awal
Awalnya terdiri dari Chris Barnes (vokal), Bob Rusay (gitar), Jack Owen (gitar), Alex Webster (bass), dan Paul Mazurkiewicz (drum), band ini langsung mencuri perhatian dengan lirik yang super ekstrem dan aksi panggung yang menggelegar.
Rilisan Awal dan Terobosan
Album debut mereka, Eaten Back to Life (1990), menjadi pembuka jalan untuk Cannibal Corpse di dunia musik metal.
Meskipun produksinya masih sederhana, album ini sukses besar berkat liriknya yang brutal dan riff gitar yang menghantam keras.
Selanjutnya, Butchered at Birth (1991) dan Tomb of the Mutilated (1992) mengukuhkan posisi mereka sebagai pelopor death metal.
Lagu “Hammer Smashed Face” dari album Tomb of the Mutilated menjadi salah satu lagu death metal paling ikonik, terutama setelah tampil di film Ace Ventura: Pet Detective.
Perubahan Formasi dan Evolusi Musik
Pada pertengahan 1990-an, Cannibal Corpse mengalami beberapa perubahan penting dalam formasi.
Chris Barnes keluar dari band pada tahun 1995 dan digantikan oleh George “Corpsegrinder” Fisher, yang membawa vokal yang lebih bertenaga dan dinamis.
Menariknya, perubahan ini tuh terlihat jelas di album Vile (1996), yang menampilkan musik yang semakin kompleks dan teknikal.
Walau berasa semakin brutal distorsi dan riffnya, mungkin karena galau setelah kehilangan Chris Barnes.
Album berikutnya seperti Gallery of Suicide (1998) dan Bloodthirst (1999) menunjukkan kemampuan Cannibal Corpse untuk terus berinovasi dalam batasan death metal. Mereka tetap setia pada akar brutal mereka sambil memperkenalkan struktur lagu yang lebih rumit dan produksi yang lebih ciamik.
Dekade 2000-an: Konsistensi dan Popularitas
Cannibal Corpse terus menunjukkan konsistensinya dengan merilis album yang selalu dinantikan oleh penggemar dan kritikus. Album seperti Kill (2006), Evisceration Plague (2009), dan Torture (2012) membuktikan bahwa band ini tidak pernah kehilangan energi dan kreativitasnya.
Penampilan live mereka yang selalu panas membara membuat penggemar di seluruh dunia semakin jatuh cinta.
Pengaruh dan Kontroversi
Cannibal Corpse tidak hanya dikenal karena musiknya, tetapi juga karena kontroversi yang sering menyertainya.
Lirik dari lagu-lagu mereka kerap dilarang di beberapa negara, dan sampul album mereka yang grafis sering memicu perdebatan tentang kebebasan berekspresi.
Namun, mereka tetap teguh dengan visi artistik mereka, menjadi simbol perlawanan terhadap sensor dalam seni.
Dekade Terbaru: Warisan dan Masa Depan
Di dekade terbaru, Cannibal Corpse terus merilis musik baru dan mengadakan tur besar-besaran.
Album seperti A Skeletal Domain (2014) dan Red Before Black (2017) menunjukkan bahwa mereka tetap relevan di kancah death metal.
Album terbaru mereka, Violence Unimagined (2021), mendapat pujian luas dan membuktikan bahwa band ini masih bisa menghadirkan musik yang segar dan bertenaga.
Salam Penghormatan
Cannibal Corpse telah menjadi salah satu band paling berpengaruh dalam sejarah death metal. Dari awal yang penuh kontroversi hingga menjadi ikon global, mereka menunjukkan dedikasi yang sangat luar biasa terhadap musik mereka.
Menilik diskografi yang kaya dan pengaruh yang besar, Cannibal Corpse terus menjadi kekuatan dominan dalam genre death metal, membuktikan bahwa musik mereka tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang dengan setiap rilisan baru.